Kemarau panjang akan mempersulit upaya pemadaman. NASA merilis citra satelit
yang menunjukkan dahsyatnya asap yang berasal dari kebakaran hutan di Indonesia
pada 24 September 2015. Tepatnya di atas perairan Kalimantan dan Sumatra.
Citra itu diambil oleh instrumen Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang berada di Satelit Terra milik NASA.
"Kebakaran
di Indonesia tidak seperti umumnya. Sangat sulit untuk dipadamkan. Api membara
di bawah permukaan tanah dalam waktu yang lama, sering kali selama
berbulan-bulan," demikian kutip
dari situs NASA.
Badan antariksa tersebut
menambahkan, asap bersumber dari pembakaran lahan gambut yang basah di perairan
Kalimantan dan Sumatra.
"Kebanyakan
pembakaran dilakukan di lahan gambut yang menganggur dan sudah dibersihkan, api
menembus bagian bawah tanah yang basah, yang menjadi sumber bahan bakar tak
terbatas," kata David Gaveau dari Center for International Forestry
Research.
NASA punya 'bukti' lain
soal kebakaran hutan di Indonesia. Pada 5 September 2015, instrumen Operational
Land Imager pada Satelit Landsat 8 milik NASA menangkap citra asap yang
berembus kuat dari kebakaran lahan di Provinsi Jambi.
Warna oranye pada gambar
adalah api yang berkobar, sementara lahan yang baru terbakar berwarna merah
gelap. Semburat berwarna biru, tampak diagonal dalam gambar adalah asap.
"Fakta bahwa
kebakaran terjadi dalam area berpola persegi menunjukkan bahwa itu adalah
kebakaran yang terjadi di area perkebunan dan dilakukan secara sengaja."
NASA menambahkan,
berdasarkan peta penggunaan lahan yang dipublikasikan oleh Global Forest Watch,
kebakaran terjadi di area perkebunan kelapa sawit. "Produksi kelapan sawit
sangat menguntungkan dan menjadi komoditas ekspor penting bagi Indonesia."
Sejauh ini NASA belum
merilis citra satelit dampak kabut asap bagi negeri tetangga.
Namun, gambarannya bisa
dilihat dari citra satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer
(MODIS) yang menangkap pergerakan kabut asap dari Sumatra ke Malaysia selatan
dan Singapura pada 19 Juni 2013.
Pun dengan gambar yang
diambil MODIS pada 7 Maret 2014. Asap pekat menyelimuti wilayah Sumatra.
Menyebar ke Malaysia dan lebih jauh lagi...
lmuwan NASA meyakini,
situasi tahun ini serupa dengan tahun 1997 yang tercatat sebagai bencana kabut
asap paling parah dalam sejarah.
"Kondisi di
Singapura dan tenggara Sumatra serupa dengan 1997," kata Robert Field,
ilmuwan Columbia University yang juga bekerja untuk NASA, seperti dikutip dari Deutsche
Welle.
"Jika perkiraan cuaca yang memprediksi
kemarau panjang bertahan, ini akan membuat kabut asap 2015 termasuk yang paling
parah dalam sejarah."
Pada 1997, indeks polusi mencapai angka 839. Padahal 300 poin saja sama dengan mengisap 20 rokok sehari. Kabut asap, kata NASA, menyelimuti area yang lebih luas dari wilayah daratan Amerika Serikat.
Pada 1997, indeks polusi mencapai angka 839. Padahal 300 poin saja sama dengan mengisap 20 rokok sehari. Kabut asap, kata NASA, menyelimuti area yang lebih luas dari wilayah daratan Amerika Serikat.
Sampai kapan derita tahunan ini akan terjadi?